Tentang Frekuensi Perangkap Tikus
“Words make you think a thought. Music makes you feel a feeling. A song makes you feel a thought.” -E. Y. Harburg
Saat ini,
saya singgah di rimba pulau sebelah barat indonesia bukan berarti
tertinggal tentang harta karun karya para idola, walau gelagat sinyal
tak bersahabat tapi bagaimana pun caranya untuk mendapatkan karya idola
atau minimal tahu saja, mengerti dan paham membuat saya senang bukan
kepalang.
Langsung ke “Frekuensi Perangkap Tikus” – Kompilasi Musik Anti-Korupsi. Dari
judulnya saja memikat saya untuk mendengarnya dan hasilnya judul tidak
berdusta mengenai isi di dalamnya. Seperti angan angan yang menjadi
kenyataan, kompilasi dari berbagai musisi berserta genre nya yang
beberapa belum saya dengar karya mereka sebelumnya. Mereka adalah
deretan musisi independen yang tak diragukan karyanya, oh ya? terus apa
gunanya Google? Kalo cuma mengikuti apa yang ada di televisi tidak akan
mengenal mereka semua. Ragam jenis musik dalam pusparagam dibalut elok
nan gahar oleh *uhuk* ide Morgue Vanguard, hingga jenis musik yang belum
pernah saya dengar sekalipun, kelongsong apik sebagai lagu protes
kepada institusi korup di negara ini, ya Indonesia, apa itu? Kejaksaan,
Kepolisian, dll. Apa ada yang gak terima kalo instutusi yang saya
sebutkan tadi korup? bapak kamu polisi, jaksa? Coba tanya sendiri,
bapakmu merasa gak? Hah, jangan klise berkata basmi korupsinya, jangan
benci orangnya. Emangnya korupsi datang dari langit, atau lahir dari
sebuah batu. Korupsi muncul dari mental dan pembawaan watak manusia itu
sendiri, pilihan manusia nya, bukan sapi.
Jika hidup
adalah pilihan, Nah, pilihan musik setiap orang bermacam corak, seperti
saya ketika melihat list album tersebut terpampang nama Eyefeelsix,
Morgue Vanguard dan Navicula yang memang lagu lagu mereka ada dalam ‘my playlist’ sehari hari, jadinya tak sabar ingin mendegarnya, apapun caranya.
Masih segar!
didengar sampai hari ini, besok, sampai kapanpun. Sama dengan menemukan
sebuah problema di sekitar kita yang tabiatnya tak pernah habis dalam
beberapa fakta dalam lirik mereka, serta penyaluran energi semangat dari
berbagai macam anutan musik dalam album ini. Seperti lagu Adrian – Di sekolah sekolah yang memang saya pernah alami, kutu busuk!. Kami Bosan Jadi Negara Ketiga – Morfem cukup membuat ikut meludah di bagian akhir. Suap – Suap dari Harlan cukup terasa aneh di bagian awal. Dari Risky Summerbee & The Honeythief, Simponi, Zeke Khaseli dan Sajama Cut terasa asik dengan khas dalam membawakan perasaan unjuk rasa mereka. Jelas, tegas dan lugas dari Iksan – Partai Anjing, ah.. Anjeng Anjeng Anjeng!. Navicula – Mafia Hukum dari timur, Bali, membawa gelora perlawanan yang tak pernah pudar. Dan akhirnya tak disangka dan tak dikira ternyata Eyefeelsix ft. Morgue Vanguard dengan Mimpi Basah Pembangkang Sipil
masuk dalam barisan list album ini, semacam rindu yang terobati
mendengar MV berima kembali, berat seperti jangkar kapal tengker hahaha
fak fak fak!
Jika melihat kompilasi Frekuensi Perangkap Tikus ini mirip kompilasi album Rock Against Bush Vol. 1 dan 2
yang didalamnya berisi beberapa musisi Punk Rock untuk melawan Bush
yang saat itu menjabat presiden amerika. Mengapa para musisi indonesia
tidak membuat hal serupa? Rock Against Yudhoyono, jelek, ya
jelek, menyebut namanya saja sudah malas. Masalah utama negara ini
memang korupsi dengan masalah masalah lain yang tak kunjung selesai,
drama telenovela negara korup sampai dengan episode jajaran menteri nya
ikut dalam kasus korupsi, pertanyaannya: “kalo menteri saja korup, kalo presiden?”
Ehm, masih ingat partai yang mengusung iklan Anti-Korupsi tapi nyatanya
terlibat korupsi juga. Tapi menurut saya terlihat sebuah banyolan
jikalau seorang pejabat terlibat korupsi dan mundur, justru dipuji. Jika
terlibat, mundur memang harus, bawahan terlibat kasus korup dan atasan
anteng anteng saja artinya atasannya budek, buta dan tak tahu malu. Lah,
memang sudah kebal suara miring rakyatnya, asu!. Jangan tertipu potret
yang cantik, atau kumis yang terlihat berwibawa, janji kampanye yang
lebih mirip dagelan topeng monyet jika getun pada akhirnya. Masih niat
ikut pemilu?
Kompilasi album Frekuensi Perangkap Tikus bisa kalian dapatkan di www.beranijujur.net
dengan mengisi sebuah klik sebuah komitmen untuk tidak korupsi. Simple.
Kalo komitmen itu dilanggar, apakah kalian suka dibohongi? Kalo tidak,
mengapa membohongi diri sendiri. Saya berkeyakinan musik dapat merubah
sesuatu dan bagaimana musik yang saya dengarkan merubah hidup saya. “Without music, life would be a mistake…. I would only believe in a God who knew how to dance.” – Nietzsche
Sumber : http://illsurrekshun.wordpress.com/2012/12/10/tentang-frekuensi-perangkap-tikus/“Sudah waktunya para laknat membayar karma” – Morgue Vanguard